TABLOIDBINTANG.COM – Ketua Umum Himpunan Pengembangan Ekosistem Alat Kesehatan Indonesia (HIPELKI), dr. Randy H. Teguh, M.M., mengungkap fakta mengejutkan. Banyak distributor alat kesehatan (alkes) di daerah mengalami mati suri.
HIPELKI menggelar Rapimnas di Westin Hotel Jakarta. Rapimnas bertajuk “Penguatan Ekosistem Alkes Nasional yang Inovatif dan Mandiri Menuju Indonesia Sehat dan Berdaya Saing Global” sedianya dihadiri oleh Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi, dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
Namun karena semua berhalangan hadir, mereka mendelegasikan kepada yang lain. Seperti Gibran diwakili oleh Wakil Menteri Perdagangan RI Dyah Roro Esti Widya Putri, B.A., PG.DIP., M.Sc. Sementara Budi Gunadi oleh bawahannya.
“Kami undang tidak lain tidak bukan karena kami merasa sejak pandemi Covid-19 mereda, perhatian (dari pemerintah terhadap ketahanan alkes) mulai hilang. Padahal beberapa ahli mengatakan, pandemi itu akan datang lagi,” jelas dr. Randy dalam sesi Konferensi Pers pada Selasa (29/7) siang.
“Nah khawatir kalau pandemi Covid-19 datang lagi, industri kesehatan kita akan kesulitan lagi. Oleh karena itu, kami ingin kembali perhatian pemerintah agar industri kesehatan tidak terlupakan lagi. Karena indikasi ke sana ada,” tambahnya.
Distributor kesulitan cashflow
Salah satu hal yang menjadi perhatian HIPELKI adalah guncangan yang dialami ekosistem hilir (produser dan distributor) seperti sistem pengadaan terpusat yang tidak memberikan kepada distributor daerah untuk berperan hingga tekanan pada harga jual alkes yang menyebabkan produsen dan distributor tidak memiliki margin yang memadai.
Guncangan lainnya adalah ketidakmampuan memberikan nilai tambah dengan membawa teknologi terkini serta sistem pembayaran yang tersendat-sendat.
“Sekarang ini kami mendapat laporan teman-teman distributor daerah banyak yang tidak hanya mati suri bahkan sudah ada yang ganti bisnis. Belum ada data pasti berapa banyak distributor yang belum dibayar tetapi sudah ada 15 surat laporan dari wilayah dan provinsi,” ungkap dr. Randy H. Teguh.
“Satu perusahaan itu mendapat kesulitan pembayaran Rp 1-2 miliar. Katakanlah 1 provinsi rata-rata ada 20 distributor, sudah Rp 20 miliar. Lalu Rp 20 miliar kali 15, sudah Rp 300 miliar. Menyedihkan memang karena 55% tunggakan para distributor itu dari tahun 2024, bahkan ada sebagian dari 2023,” lanjutnya.
“Nah di 2025 sendiri, dari Januari sampai Juni sudah 95% belum terbayar. Akibatnya para distributor itu kesulitan cashflow. Mereka tidak punya uang untuk biaya operasional, gaji karyawan, belum lagi bayar prinsipal dan pembelian produk,” beber dr. Randy lebih lanjut.
Rantai pasok tersendat
Tentu ia memahami, ini mungkin terkait kondisi ekonomi dunia yang sedang tidak baik-baik saja hingga terjadi perang dimana-mana. Akan tetapi juga ia pahami bahwa Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto melakukan banyak pengetatan dan penghematan biaya.
“Bahkan biaya-biaya tertentu yang difokuskan kepada program-program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), fasilitas kesehatan gratis dan lainnya,” dr. Randy menambahkan.
Ketersendatan pembayaran dikatakan dr. Randy dapat menyebabkan tersendatnya pergerakan rantai pasok alkes dan pada akhirnya menyebabkan matinya seluruh ekosistem alkes.
Ini bukan masalah sepele. Harus ada solusi tepat agar tidak memengaruhi pergerakan bagian-bagian ekosistem lainnya. Seperti peneliti tidak mendapat insentif untuk terus mengembangkan penelitiannya dalam bidang alkes hingga investor dalam dan luar negeri tidak berminat untuk berinvestasi di industri alkes.
“Ini harus ada jalan keluar karena para distributor daerah itu menjadi komponen penting dari kemandirian. Oleh karena itu, saya rasa perlu dukungan pemerintah untuk kemandirian dan terbentuknya ekosistem industri alat kesehatan yang kuat,” kata dr. Randy.
“Perlu kita ingat bahwa kegagalan pembangunan ekosistem alat kesehatan tidak hanya berpengaruh kepada ketahanan kesehatan tetapi juga kepada pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan pemerintah,” lanjutnya menegaskan.