Berita

Gelar Kongres Nasional Pertama, HIPELKI Soroti Bahaya Laten Kemandirian Semu Alkes

Geriatri.id – Himpunan Pengembangan Ekosistem Alkes Indonesia (HIPELKI) menyelenggarakan Kongres Nasional Pertama di Jakarta dengan tema “HIPELKI: Katalisator Transformasi Ekosistem Kesehatan Menuju Ketahanan dan Kemandirian Alkes” pada
Kamis, 29 Agustus 2024.

Ketua Umum HIPELKI, dr. Randy H. Teguh, MM, menyatakan, HIPELKI dibentuk hampir setahun yang lalu sebagai respons terhadap kesenjangan yang belum teratasi dalam ekosistem alkes. Ia juga menambahkan bahwa langkah menuju kemandirian alkes memang tidak mulus.

Menurut dr. Randy, pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa rantai pasok tradisional tidak cukup untuk mendukung ketahanan alkes.

“Diperlukan pembentukan sistem organik yang fleksibel dan responsif, yaitu ekosistem alkes,” ujarnya.

Dr. Randy juga mengapresiasi upaya Pemerintah, khususnya Kementerian Kesehatan RI dan Kementerian Perindustrian RI, dalam mendorong kemajuan industri alkes melalui peningkatan penggunaan alkes dalam negeri dan promosi ekspor.

“Meskipun upaya ini penting, industri alkes hanya dapat berkembang jika ekosistem alkes yang kuat dan lengkap terbentuk,” ujarnya.

Mengutip pernyataan Prof. Rhenald Kasali dalam program Intrigue bulan Juli 2024, dr. Randy mengungkapkan bahwa Indonesia saat ini masih fokus pada pembangunan pabrik alkes dan proteksi, tetapi belum sepenuhnya membangun industri alkes.

“Pembangunan ekosistem di sekitar pabrik alkes masih mengalami kendala,” kata Randy.

“Indonesia masih kekurangan bahan baku, komponen alkes, dan sarana laboratorium uji yang memadai. Akibatnya, harga alkes dalam negeri sulit bersaing dengan produk impor,” tambahnya.

Randy juga menyoroti bahwa kolaborasi antara peneliti dan pengusaha dalam penguasaan dan pengembangan teknologi masih belum optimal. Meskipun Kementerian Kesehatan RI telah meluncurkan Pedoman Hilirisasi Penelitian Alkes Nasional pada 19 Januari 2024, upaya ini belum sepenuhnya menjembatani kedua pihak.

Randy menegaskan bahwa saat ini Indonesia masih tergantung pada bahan baku, komponen, dan teknologi impor, yang menciptakan kemandirian semu yang berisiko bagi ketahanan alkes.

“Semua unsur pemerintah perlu bekerja sama dalam membangun ekosistem alkes. HIPELKI akan memainkan peran strategis sebagai katalisator,” ujarnya.

Dia berharap pemerintah yang baru tetap berkomitmen untuk membangun ketahanan kesehatan melalui kemandirian alkes, meskipun nilai bisnis alkes lebih kecil dibandingkan sektor-sektor lain seperti pertambangan.

Kemandirian alkes dinilai sangat penting, karena ketahanan kesehatan berhubungan langsung dengan ketahanan di bidang-bidang esensial lainnya, termasuk ekonomi.

Dia juga mengingatkan bahwa setelah pande Covid-19, hanya sekitar 500 dari 800 pabrik alkes yang hingga saat ini masih bisa bertahan.

“Hal ini mengkhawatirkan karena menunjukkan bahwa pembangunan pabrik alkes masih bersifat reaktif dan tidak berkelanjutan. Kita harus menghindari kemungkinan kematian industri alkes, yang tidak hanya mengancam ketahanan kesehatan, tetapi juga menambah beban ekonomi di tengah pemutusan hubungan kerja di beberapa sektor industri lainnya.”

Dengan penekanan pada pentingnya membangun ekosistem alkes yang kuat, Kongres Nasional HIPELKI diharapkan menjadi langkah awal untuk menciptakan transformasi yang signifikan dalam sektor kesehatan Indonesia.

Sumber: Getriatri

Bagikan Postingan

Silakan hubungi kami sekarang

Butuh bantuan atau ingin berbicara dengan kami? Silakan hubungi kami sekarang. Kami menantikan pesan Anda!

Scroll to Top
Open chat
1
Need help?
Selamat datang di Himpunan Pengembangan Ekosistem Alkes Indonesia (HIPELKI),

Butuh bantuan atau ingin berbicara dengan kami?

Kami menantikan pesan Anda!